Thursday, June 2, 2011

Tragedi Kertas Fisika 30 Mei 2011 06:40


Awalnya aku hanya melakukan rutinitas biasa, yaitu sholat subuh. Setelah itu aku putuskan untuk melanjutkan tidurku kembali, namun kali ini aku hanya melanjutkannya di lantai hanya dengan berbekal guling saja. Well, fine hehe. It's ok lah, aku sudah terbiasa.

Saat aku mulai untuk melanjutkan tidurku, beberapa menit kemudian ada sms darinya. "Nya" disini taulah siapa hehehe. Dia ternyata ingin menitipkan kertas fisika punya dia, karena dia nggak mau masuk kuliah, namun pada saat itu aku teramat sangat malas untuk keluar dan berganti pakaian dan rasa kantuk pun menyerangku tanpa henti sehingga aku pun tak kuasa untuk menolak semua itu (hahaha lebay).

Aku selalu menolak ajakannya untuk keluar dari kamar, hingga berkali-kali dia sms, ajakannya tak ku hiraukan juga. Akhirnya sms terakhirnya bertuliskan “yauda gausah”, saat itu pula aku terpaku dan berpikir bahwa dia marah kepadaku karena aku tak mengikuti kemauannya saat itu. Langsung saja ku sms dia bahwa aku akan menunggunya di kampus hingga sore pun akan ku tunggu, namun ia tak mau dan katanya ia nggak mau mengumpulkan tugas fisika itu, karena ia mau tidur, memang sebelumnya aku tahu kalau dia semalam begadang bersama temannya. Lalu aku balas smsnya bahwa aku akan minta diantarkan ke rumah dia atau aku nanti akan pinjam motor teman, namun ia bilang kalau kertasnya sudah tidak tahu kemana.

Sesaat aku tak bisa berkata-kata sampai air mataku pun perlahan menetes. Aku berpikir kembali, apakah sebegitu kesalnyakah dia dengan penolakanku tadi? Sampai akhirnya dia meremas-remasnya dan membuang kertas fisikanya itu? Atau bahkan disobek-sobek pula? Aku pun tak tahu pada saat itu apa yang dilakukannya.

Aku kembali mengirimkan sms kepadanya, aku bilang kalau aku akan membuatkan tugas fisika punya dia, karena jujur, aku sangat merasa bersalah padanya. Namun balasan sms itu sangat tak terduga buatku, dia bilang kalau nanti dia tanya kepada temanku dan ternyata tugas fisika dia sudah ada dan dikumpulkan olehku, dia akan marah kepadaku. Setelah membaca sms itu aku pun bingung dan tak tahu harus melakukan apa lagi. Yang aku tahu dan yang ada di pikiranku saat itu hanyalah aku harus menebus kesalahan yang telah kubuat bagaimanapun caranya.

Karena aku bingung harus melakukan apa lagi, akhirnya kuputuskan untuk bercerita kepada temanku. Dia mengusulkan agar yang membuatkan tugas fisikanya teman yang mau membantu saja nanti ketika kita sudah sampai di kelas. Jujur, aku ragu akan saran dari temanku itu. Karena aku nggak mau dia marah kepadaku, memang aku paling nggak bisa mengetahui ada yang marah sedikitpun kepadaku, jika ada aku pasti akan sangat bersedih.

Setengah jam kemudian ternyata dia datang dan hanya mengumpulkan kertas fisika miliknya, kemudian dia keluar dari kelas. Aku nggak tahu apakah dia marah padaku atau nggak, karena dia tidak masuk ke kelas dan menghampiriku seperti biasa, dia hanya berdiri di ambang pintu tanpa beranjak kemana-mana. Sejenak aku berpikir, apa dia nggak mau masuk ke kelas karena di dalam kelas ada aku? Sungguh aku bingung dibuatnya.

Ketika kelas telah bubar, aku pun segera keluar dari kelas. Tak kusangka dia menungguku di depan pintu, namun karena aku lagi bete pada saat itu ya akhirnya kata-kata yang keluar dari mulutku adalah sindiran “katanya nggak mau datang…” dengan tampang yang ngeselin. Tadinya aku hanya ingin sedikit menyindir sambil bercanda, namun tak kusangka dia langsung pergi melewatiku begitu saja tanpa sepatah katapun kepadaku.

Ketika di tangga pun aku sempat mengajaknya bercanda karena dia membuang punting rokok di tangga kampus. Tapi dia tetap berlalu tanpa menghiraukan keberadaanku disitu. Aku tak menyangka akhirnya akan menjadi seperti ini. “Maafkan aku” batinku dalam hati.

Tepat jam 12 ku kirim sms lagi menanyakan apa dia marah kepadaku atau nggak, ternyata balasan dari dia sangat melegakan bagiku, dia nggak marah padaku, dia cuma lagi kesel aja karena dia belum sempat tidur dari semalam, karena kurang tidur begitu jadi keselnya berkepanjangan deh. Sungguh lega setelah aku mengetahuinya... Ternyata dalam kisahku kali ini, tragedi kertas fisika “END”